
Limbah masih bisa dimanfaatkan dan diolah kembali. Hal ini juga telah dilakukan oleh beberapa kelompok masyarakat. Salah satu limbah yang dapat dimanfaatkan kembali adalah kotoran hewan yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber biogas. Biogas ini menghasilkan gas sebegai keperluan rumah tangga dan juga menghasilkan ampas biogas yang disebut bioslurry.
Masyarakat umum mengolah Bioslurry ini sebagai pupuk organik cair dan kompos. Karena Bioslurry memiliki bentuk seperti lumpur dan bermanfaat sebagai sumber nutrisi bagi tanah dan tanaman.
Selain memiliki kandungan nutrisi yang baik, Bioslurry ini juga memiliki mikroba probiotik yang berfungsi untuk meningkatkan kesuburan dan hasil pertanian.
Di Yogyakarta ada lebih dari 2400 instalasi biogas yang dibangun, dan sekitar 500 instalasi dibangun secara swadaya oleh masyarakat. Sebagian masyarakat juga telah memasarkan produk olahan Bioslurry ini karena memiliki kualitas yang tinggi.
Namun, masih dibutuhkan model bisnis yang tepat untuk memproduksi dan memasarkan pupuk olahan Bioslurry ini.
Oleh sebab itu, Kementerian Sosial RI dan HIVOS telah memberikan pelatihan kepada masyarakat Yogyakarta agar memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam menjalankan usaha berbasis Bioslurry. Serta, dapat mengerti potensi dari masing-masing individu dalam mengembangkan model bisnis Bioslurry.
Setelah pelatihan dilaksanakan dalam waktu 2 hari oleh PT Usaha Desa, peserta atau masyarakat Yogyakarta telah memahami berbagai manfaat dari Bioslurry dan mengetahui bahwa Bioslurry memiliki banyak potensi untuk dikembangkan model bisnisnya. Selain itu, kemampuan peserta dalam menjalankan usaha berbasis Bioslurry ini juga telah meningkat.
Peserta sudah dapat menyusun Catatan Keuangan sebagai dasar Penyusunan Laporan Keuangan. Sebab, laporan keuangan yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan adalah salah satu indikator keberhasilan dari suatu usaha.
Tak hanya itu, peserta juga berlatih menyusun Business Model Canvas (BMC) sehingga peserta dapat memetakan peluang dan tantangan dari pengembangan bisnis Bioslurry ini. Kemudian, peserta juga dapat menentukan media seperti apa yang cocok untuk memasarkan produknya.
Dari pelatihan selama 2 hari ini peserta juga mengetahui potensi dan peluang dalam pengembangan bisnis model Bioslurry ini. Mereka dapat menggambarkan peluang-peluang yang tersedia guna mengembangkan bisnisnya.
Beberapa peserta dapat memasarkan produk Bioslurry, data hasil dari penggunaan Bioslurry oleh konsumen ini dicatat dengan baik oleh peserta.
Data tersebut atau testimony dari para konsumen, bisa digunakan kesimpulan serta resume untuk memudahkan peserta, agar bias mengembangkan produknya sekaligus untuk menjadi bahan pemasaran ke depannya nanti.
Dalam hal ini peserta diharuskan untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan seperti lokasi dan komoditas yang dibudidayakan dengan menggunakan bioslurry, hasil panen dari penggunaan bioslurry, pengalaman atau testimony dari para konsumen yang menggunakan bioslurry serta dokumentasi baik berupa foto maupun video jika ada dan diperlukan.
Rekomendasi lainnya yang bias diterapkan oleh para peserta adalah melakukan penerapan SOP atau Standard Operating Procedure, baik dari segi produksi maupun penggunaan. Dalam hal ini tentu saja SOP digunakan agar bias menghasilkan pupuk dari bioslurry dengan kualitas yang sama dan bisa lebih maksimal.
SOP ini juga sangat dibutuhkan bagi para konsumen dalam pengaplikasian pupuk, selain itu juga penting bagi peserta untuk sebagai bahan komparasi baik dari segi biaya budidaya pertanian menggunakan pupuk, atau yang tanpa menggunakan pupuk bioslurry.
Hal lain yang diperlukan oleh peserta adalah perluasan jaringan konsumen. Dalam hal ini memperluas jaringan konsumen bukan hanya untuk petani saja, tapi juga untuk pekebun dan peneliti di Yogyakarta. Cara ini bisa dilakukan yang paling mudah adalah menggunakan media social sebagai sarana.
Yang terakhir adalah soal pengembangan bisnis budidaya pertanian organik. Pengembangan bioslurry sangat perlu diterapkan agar para peserta dari segi pengembangan kualitas dan penekanan biaya produksi bisa dilakukan.
Selain rekomendasi untuk peserta juga ada rekomendasi untuk Yayasan Rumah Energi.
Rekomendasi ini dibagi menjadi beberapa item, yang di antaranya adalah;
- Melakukan Kajian dan Riset Pengembangan Bioslurry
- Memfasilitasi Pengguna Biogas dalam Menyusun, Menetapkan dan Menjalankan SOP
- Membangun Pilot Project Integrasi Energi Berkelanjutan dan Pertanian Organik
- Melakukan Forum Pertemuan Rutin Antar Pengguna Biogas
- Sosialisasi Manfaat Bioslurry
- Menjaring off-taker Bioslurry