
BERDESA.COM – Pernahkan Anda mendengar cerita tentang madu yang dipetik dari sarang lebah di dahan-dahan pohon berketinggian 40 meter di tengah hutan Kalimantan ? Itu adalah kisah para warga desa di Kecamatan Muara Samu, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur. Madu adalah produk desa nan melimpah yang dimiliki desa-desa kecamatan ini. Warga sembilan desa di kecamatan ini dalam setahun memanen paling tidak: 10 ton madu!
Madu itu dipanen dari sarang lebah yang bertempelan di dahan pohon-pohon raksasa seukuran rentang tangan empat tangan orang dewasa. Ukuran sarangnya juga tidak main-main, lebih besar dari tubuh orang dewasa. Warga desa desa dekat hutan setempat memanjat pohon-pohon menggunakan pasak kayu yang ditancapkan sebagai tangga. Bermalam-malam, sembari bertaruh nyawa mereka memeras cairan kental penuh khasiat itu dan membawa pulang berkilo-kilo madu sekali panen.
Masalahnya, hingga saat ini produk desa yang begitu berlimpah ini belum mendapatkan pasar yang memadai. Kekayaan produk desa yang tak banyak ditemui di tempat lain itu baru bergaung di wilayah-wilayah sekitar kabupaten mereka. Akibatnya, para petani menjual hasil panen madunya dengan harga yang sangat murah dibanding harga pasar madu umumnya. Padahal madu adalah salahsatu komoditas yang jelas sangat dibutuhkan pasar karena khasiatnya yang luar biasa bagi kesehatan manusia.
Seorang pendamping desa di Kecamatan Paser Yoga Prasetyadi yang getol mengembangkan perekonomian desa-desa di wilayah paser mengatakan, selama ini para petani menjual madunya dalam bentuk madu murni curah dengan kemasan yang masih sangat pas-pasan. “ Bahkan sekilo hanya dijual Rp. 40 ribu saja. Dengan harga itupun karena jumlah panennya yang sangat banyak, sebagian dari petani tidak mampu menjual habis madu yang dimilikinya hingga panen berikutnya datang,” katanya.
Sulitnya jalur transportasi di sekitar daerah ini karena sebagian jalan masih berupa tanah dan terbatasnya akses informasi masyarakat membuat potensi yang begitu melimpah belum tergarap baik. “ Tapi saat ini kelompok-kelompok anak muda memulai untuk membangun pemasaran untuk mendapatkan jalur-jalur pengembangan potensi madu kami,” kata Yoga.
Untung Sadarsah, mantan Kepala Desa Muser yang kepengurusannya baru saja berakhir mengatakan, potensi mengembangkan madu Muarasamu sangat besar karena selama ini madu asal daerah ini dianggap madu yang terbaik di antara desa-desa dan kecamatan penghasil madu hutan di kabupaten ini. “ Untuk wilayah-wilayah lokal hingga Kota Balikpapan, kami sudah dikenal memiliki kualitas madu yang lebih baik dibanding kecamatan-kecamatan lain. Tapi karena hampir semua desa menghasilkan madu, maka pasar yang terbatas tidak bisa menyerap hasil panen kami secara keseluruhan. Padahal warga desa kami harus bertaruh nyawa untuk mendapatkan madu dari hutan ini,” katanya pada Berdesa.com.
Namun kini upaya membuka pasar yang lebih luas sudah mulai dilakukan. “ Kini kami mulai membangun pemasaran termasuk pemasaran online melalui Usahadesa.com,” katanya. Jalur online adalah jalur paling efektif menggapai pasar nan luas. “ Pada saat yang sama kami membuka kerjasama dengan berbagai pihak untuk melakukan quality improvement terhadap produk madu hutan asli yang kami miliki agar bisa menusuk pasar dengan baik,” kata Untung.
Selain madu, Kecamatan Muara Samu masih menyimpan banyak potensi alam yang lain seperti rotan, kopi dan beberapa jenis rempah dan tanaman yang paling banyak digemari terutama kaum pria yakni Pasakbumi. “ Tapi kami mau mulai dengan madu dulu. Soalnya kalau dikelola dengan baik, komoditas ini mampu memberikan kesejahteraan bagi banyak warga kecamatan kami yang saat ini bertopang hidup sebagai butuh sawit,” ujar Untung.
Keberhasilan memasarkan madu secara luas tak hanya akan berdampak ekonomi saja bagi warga di desa-desa ini. Tetapi juga bakal menjadi berkah bagi kelestarian hutan. Wilayah ini memiliki kekayaan alam luar biasa dengan hutan-hutan yang ada, salahsatunya madu asli hutan ini. Tapi kalau ekplorasi hutan terus terjadi, kekayaan itu pasti akan sirna. “Makanya kami ingin limpahan madu ini membuat masyarakat menjadi lebih makmur sehingga akhirnya mereka sadar pentingnya menjaga kelestarian hutan dan mulai mengelola madu yang mereka miliki dan itu berarti mereka menjaga kelestarian hutan karena madu ini hanya ada di pohon-pohon raksasa di hutan kami,” kata Untung.(dji-01)
Foto: www.youtube.com