
Pondok pesantren banyak dikenal orang sebagai tempat calon-calon agamawan Islam dididik. Paling tidak, para santri yang ditempa di sini mendapat bekal ilmu agama yang bernas, ketika sejumlah dari mereka tidak berminat menjadi ustadz atau kyai. Proses pembekalan ini terjadi melalui beragam aktivitas yang rutin mereka lakukan setiap hari. Melakukan kajian Al-Qur’an dan hadits dan membaca ‘kitab kuning’ adalah beberapa contohnya.
Dalam banyak kasus, pondok pesantren juga mendorong santrinya untuk dapat menebarkan ilmu yang mereka dapat. Biasanya, sebagaimana yang mungkin sering anda lihat jua, hal itu dilakukan lewat kegiatan mengajar di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA). Pada akhirnya, harus kita akui, pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang punya peran penting dalam proses pembinaan para pemuda untuk mengabdi kepada masyarakat dengan karakter islami yang telah tertanam di jiwa mereka.
Namun di Jombang, ada pondok pesantren yang justru punya program tambahan yang mendorong santrinya untuk terjun sebagai wirausahawan, khususnya di bidang pertanian, peternakan, dan perikanan. Namanya Pondok Pesantren Fathul Ulum. Tim berdesa.com, secara eksklusif berhasil mewawancarai Ahmad Habibul Amin, atau yang biasa disapa Gus Amin, selaku pimpinan pesantren terkait perjalanannya menginisiasi dan mengelola program tersebut.
Bagaimana pandangan anda tentang santri saat ini?
Santri saat ini saya kira masih sama dengan lembaga pendidikan lain. Belajar, belajar, belajar. Tapi dalam kehidupan nyata, mereka belum banyak mempersiapkan diri. Contoh, sekarang ketika mereka dapat ijazah, mereka cari pekerjaan yang kiranya lebih layak untuk diri mereka sendiri. kerja di pabrik dan sebagainya. Tidak untuk masyarakat. Padahal masyarakat membutuhkan mereka dan ilmu yang mereka dapat.
Bagaimana anda meyakinkan ilmu agama harus berpadu dengan kecakapan di bidang kemasyarakatan?
Di pesantren itu, ibarat sebuah kesatuan masyarakat kecil. Maka kamu di sini tidak hanya membaca, menghafal. Tapi bagaimana kamu bisa bersosialisasi dengan masyarakat. Dengan ilmu agama yang mereka punya, kamu harus bisa mensosialisasikannya kepada masyarakat. Dan jalur untuk itu menurut saya yang paling cocok adalah bidang ekonomi. Pertanian dan peternakan lebih khususnya. Karena hal ini yang jadi mayoritas masyarakat.
Cara mendorongnya?
Saya ajak mereka ke teman-teman saya yang sudah berhasil. Saya dorong pikiran mereka di situ, oh enak ya jadi pengusaha, daripada jadi pekerja. Enak jadi owner. Yang kerja uangnya, bukan orangnya. Sehingga dari awal, kita wadahi mereka. kita siapkan pelatihan-pelatihan. Kita dampingi mereka dengan mentor. Kemudian kita modali sedikit demi sedikit. Nanti kalau sudah pulang, jadi jaringan pesantren.
Kesulitan sejauh ini apa?
Kalau kita bicara kesulitan, menumbuhkan jiwa pengusaha di anak pemuda, kita butuh terus. Karena pemuda jaman sekarang di berbagai lembaga pendidikan, penyakitnya adalah pengen yang instan. Tidak mau berproses. Inginnya yang enak. Tapi untuk mengatasi hal itu, saya coba dorong mereka melalui usaha pertanian seperti yang kita kembangkan, yaitu organik. Sekarang, kita mengembangkan semuanya organik. Hasilnya luar biasa. Biayanya murah. Ini yang saya yakinkan ke mereka. Kesulitan berikutnya pasar. Cuma saya menganggap ketika banyak barang, harga jadi murah. Barang sedikit, harganya mahal. Maka sekarang lewat pertanian organik, kita cari temen-temen. Terkait itu, kita terus bersinergi dengan program-program pemerintah.
Cara pesantren bersinergi bareng?
Saya ajak kerja sama (para stakeholder). Saya punya umat. Punya santri, yang siap diterjunkan ke masyarakat. Lewat kerja sama dengan pemerintah, kita menjadi fasilitatornya. Di Astra juga kan kita jadi fasilitator. Saat ini sendiri, di masyarakat, kita sudah jalan. Kita beri stimulus, mereka kembangkan sendiri-sendiri. Dari situ, nanti kita pertemukan mereka untuk melaporkan hasil masing-masing, sembari di acara pengajian yang kita gelar. Namanya Ngaji Tani Ternak. Konsepnya kita ngaji agama. Kemudian kita sisipi materi ekonomi pertanian. Nanti kalau sudah jalan, kita kasih permodalan yang lunak. Supaya mereka tidak terjaring rentenir juga.
Produknya di sini apa saja?
Produk mentahan yang kami produksi di sini. Karena kalau produk olahan, orang kamp]ung sendiri yang urus. Dan itu perlu menyita waktu kalau juga kami kerjakan. Misalnya telur, sayur, ayam dan bebek pedaging. Kemudian ada orang kampung yang memprosesnya, misalnya jadi telur asin. Tapi kita dorong juga alumni, agar mereka juga tergerak untuk di bidang pengolahan produk mentahan kita di masyarakat. Produk kami selain diambil masyarakat, ada juga yang diambil oleh pesantren. Misalnya Tebu Ireng. Untuk konsumsi civitas pondoknya. Ada juga yang dari perusahaan kuliner.
Cara mendorong mitra biar bisa mandiri sampai sekarang gimana?
Mereka terus kita kuatkan jaringannya. UMKM kan saingannya berat. Ini sudah siapkan koerpasinya. Koperasi ini wujud kita membuat ekonomi berjamaah. Kita mulai dari tani ternak dulu.
Saya tadi dengar pondok pesantren ini bekerja sama dengan Astra? Bagaimana kesan anda terhadap Astra sendiri?
Saya kira Astra sejauh ini perannya bagus. Jadi dengan program-program kemandirian ekonominya misalnya di KBA-DSA. Astra sejauh ini menopang kebutuhan berupa alat/teknologi. Ini bagus. Dalam arti merkea punya konsep pendampingan. Biasanya kalau pemerintah masa bantuan selesai, ya selesai. Laporan pengawasannya, masalah penjualannya, kita masih berlanjut konsultasi dengan Astra.
Pesan terhadap pesantren lain?
Kita harus membuat pesantren itu mandiri. Bukan hanya mandiri di kurikulum pendidikan, tapi mandiri secara ekonomi. Maka kalau pesantren ini tidak mandiri ekonominya, ketika dia ditinggal pendonornya, apa-apa bingung. Yang berikutnya, bagi saya, lewat program mandiri ekonomi, santri harus bisa mengisi ekonomi masyarakat. Ini tugas pesantren. Jangan sampai santri jadi kerja di pabrik. Eman. Kita yang punya tanggung jawab untuk mengajar juga jangan menjadikan pekerjaan itu sebagai sumber keuangan. Kerja mengajar harus ikhlas. Di sini kami cegah. Jangan berharap uang. Sebenarnya halal sih. Cuma jangan berharap pahala. Karena sudah mengadakan aktivitas transaksional di dunia. Karena itu, kamu harus punya sumber konomi riil. Punya bebek, ayam. Ini yang harus dipegang teman-teman pesantren. Jadi kami ingin anak-anak jadi owner.