Desa Blekok, Destinasi Wisata Baru di Desa Klatakan

0
4505

Daerah Kabupaten Situbondo rencananya akan memiliki kawasan wisata baru, namanya adalah Kampung Blekok. Wisata baru tersebut rencananya akan diluncurkan oleh Pemerintah Kabupaten Situbondo pada tanggal 23 hingga 24 Maret mendatang. Kampung Blekok merupakan kawasan hutan Mangrove yang memiliki luas hingga 5 hektare, terletak di Desa Klatakan, Dusun Pesisir Timur, Kabupaten Situbondo.

Pada kesehariannya, masyarakat yang mayoritas berasal dari etnis Madura ini, bermata pencaharian sebagai petani, nelayan, dan bercocok tanam. Pada awalnya, Kampung Blekok ini merupakan kawasan dengan kondisi yang kumuh, sering menjadi tempat pembuangan sampah plastik dan sejenisnya.

Karena kondisi tersebut membuat hutan mangrove yang banyak tumbuh di kawasan ini mati juga faunanya, yaitu burung blekok. Mangrove sendiri merupakan tempat bersarangnya burung air Blekok ini, selain itu dikawasan ini juga banyak warga yang beternak sapi, sehingga sebenarnya kawasan tersebut membuat kawasan burung Blekok sangat betah berada disana.

Oleh karena itu Dinas Lingkungan Hidup setempat tergerak untuk melakukan konservasi di kawasan tersebut agar dapat menjaga kelestarian area hutan mangrove dan burung Blekok yang mendiami kawasan tersebut.

Baca Juga  Daftar Rekomendasi Desa Wisata Jawa Tengah Yang Paling Populer

Kegiatan konservasi ini juga didukung oleh masyarakat setempat untuk menjadikan kawasan ini menjadi destinasi wisata yang memiliki keindahan khas daerah pesisir pantai. Pada rencana peluncuran destinasi wisata Kampung Blekok nanti, rencananya akan diselenggarakan berbagai macam acara untuk menarik pengunjung yang datang, sepertiĀ  pertunjukan tarian tradisional, berbagai macam lomba, pertunjukan permainan anak, jajanan khas daerah Situbondo, dan masih banyak lagi.

Kampung Blekok yang berada di Desa Klatakan ini memiliki potensi yang sangat besar menjadi wisata alam berbasis konservasi. Sejak tahun 2017, kawasan tersebut ditetapkan sebagai kawasan bakau dengan fauna khas yang disebut burung Blekok, yang merupakan jenis burung air ardidae, penetapan itu sendiri sejalan dengan Peraturan Bupati Situbondo mengenai Konservasi Keanekaragaman Hayati.

Seringkali pengunjung yang ingin menikmati fenomena alam disana, rela untuk datang sangat pagi sekali, yaitu sekitar jam 5 pagi, dimana pada jam tersebut burung-burung Blekok ini pergi dari sarangnya untuk mencari makan, sedangkan saat sore hari atau sekitar pukul 5 sore, burung-burung ini akan kembali lagi ke sarangnya.

Baca Juga  Mengelola Desa Wisata Religi

Fenomena keberangkatan dan kepulangan burung-burung blekok ini menjadi fenomena yang ditunggu oleh pengunjung yang bisa menyaksikan dan mengabadikannya di sekitar kawasan ini, terutama di jembatan kayu dan menara pandang, pemandangan yang didominasi warna putih ini disepanjang pantai semakin jelas untuk disaksikan.

Berdasarkan informasi dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Situbondo, hutan mangrove di kawasan kampung Blekok ini mempunyai kerapatan rata-rata hingga 2000 pohon per hektar, itu berdasarkan data tahun 2016.

Oleh karena itu dengan luas mencapai 5 hektare lebih, diperkirankan tegakan manrove di kampung ini mencapai 12.600 pohon dengan ketebalan mangrove mencapai kurang lebih 1 km. Berdasarkan penelitian di kawasan tersebut, ada 10 jenis mangrove tegakan, meliputi Sonetaria Alba, Avicenna Alba, Avicenna Marina, Rhizophora Stylosa, Rhizophora Mucronota, Hibiscus Tiliaceus, Acanthus Ilicifoius, dan Excoecaria Agallocha.

Sedangkan berdasarkan hasil penelitian diperoleh data mengenai jenis-jenis burung Blekok yang mendiami kawasan tersebut, ada 11 jenis burung Blekok yaitu Cerek Jawa, Cangak Merah, Kuntul Besar, Kokokan Laut, Kuntuk Kecil, Kowak Malam, Kuntul Kerbau, Blekok Sawah, Kareo Padi, Gajahan Pengala, Trinil Pantai, dan Kokokan Laut. Dimana dari 11 jenis tersebut ada 3 jenis yang masuk kategori dilindungi, yaitu Kuntul Kecil, Kuntul Kerbau, dan Gajahan Penala.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here