
Permasalahan air bersih adalah hal yang paling sering ditemui di desa-desa pada saat kemarau. Hal ini juga terjadi di Desa Kramat, Gresik. Fauzi selaku Kepala Desa Kramat mengutarakan keresahannya selama satu tahun belakangan ini dimana kondisi warga desanya semakin kesulitan dalam memperoleh air bersih. Hal ini disebabkan dari lokasi geografis Desa Kramat sendiri. Desa ini berlokasi di tengah areal tambak sehingga air disana pun memiliki tingkat keasinan yang cukup tinggi.
Sebelum dapat dilaluinya desa ini oleh kendaraan pada tahun 2001, warga desa hanya dapat memanfaatkan air telaga desa serta dari air hujan yang dikumpulkan tanpa pengelolaan sedikitpun. Baru sejak tahun 2001 yang mana banyak poros jalan di desa yang sudah diperbaiki, truk tangki air pun dapat menjangkau warga yang memerlukan air. Tetapi permasalahan pun belum terselesaikan disini karena harga satu mobil tangki yang berisi lima ribu liter air dirasa cukup memberatkan warga desa karena mencapai Rp 200 ribu per tangkinya.
Karena keadaan masa kini yang semakin membutuhkan air dalam jumlah banyak, keluhan warga cukup meningkat sehingga dirasa oleh Kades Kramat perlu sebuah inovasi untuk mengatasi masalah krusial ini. Hingga akhirnya Pemdes Kramat akhirnya mendirikan BUMDes untuk pembangunan area untuk teknologi Reverse Osmosis (RO) berukuran 3×5 meter yang dibangun dekat dengan telaga desa. Reverse osmosis sendiri adalah teknologi yang banyak digunakan untuk pemurnian air atau yang biasa disebut desalinasi (atau menghilangkan garam dari air laut). Ternyata pembangunan ini adalah solusi yang sangat tepat untuk menangani masalah kandungan air payau Desa Kramat. Sumber air yang akan disuling berasal dari sumur pompa dengan kedalaman 75 meter yang memiliki kadar garam tinggi, di mana Total Dissolved Solid (TDS) mencapai 4 ribu Part Per Million (PPM). Jumlah tersebut sangatlah buruk untuk kategori air yang dikonsumi, karena jika dilihat dari kategori air menurut total zat padat yang terkandung di dalamnya (TDS) adalah :
- > 140 ppm : air minum biasa, (lebih dari 500 ppm berbahaya bagi kesehatan)
- 26 – 140 ppm : air minum yang mengandung mineral anorganik
- 1 – 25 ppm : air organik yang tidak banyak mengandung unsur anorganik
- 0 ppm : air murni
Dengan adanya RO yang sudah didirikan, air disuling menjadi air bersih hingga TDS turun diangka 523 PPM. Setelah itu air kembali diolah hingga mencapai 3 PPM dan akhirnya layak untuk dikonsumsi warga. Walaupun total pembangunan teknologi penyulingan ini memakan dana yang cukup besar yaitu 75 juta rupiah, dampak yang diberikan kedepannya lebih tidak ternilai harganya, apalagi jika memikirkan kelanjutan generasi di Desa Kramat sendiri nantinya. Baru sepekan beroperasi, kebutuhan air bersih dan air minum di desa setempat dapat cukup terpenuhi dan tentunya warga tidak lagi membeli air tangki berharga ratusan ribu.
Sumber:
https://www.tanindo.net/penjelasan-reverse-osmosis-1/