
Jika mendengar tentang pasar desa apakah #temanberdesa pernah terpikirkan tentang omzet miliaran rupiah?. Ternyata hal ini bukan sekedar perumpamaan atau angan-angan saja loh…
Pasar Desa yang terletak di Desa Wangisagara, Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung dikelola oleh BUMDes Niagara ini menghasilkan omset yang terbilang fantastis terlebih lagi jika dilihat dari sejarah dan perjalanan yang mereka lalui hingga bisa mencapai kesuksesannya sekarang ini. Pada awalnya BUMDes Niaga Desa Wangisagara (Niagara) dibentuk oleh warga desa pada tahun 2003 agar bisa mengubah kehidupan di desa karena dulunya Wangisagara termasuk dalam kelompok desa tertinggal.
Pada tahun 1999 pun, mereka pernah mendapatkan bantuan dari Pemerintah Pusat sebesar Rp 150 juta dalam rangka Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertingggal (P3DT). Para sesepuh desa pun berinisiatif dengan adanya dana itu untuk memanfaatkan tanah carik (tanah kas) desa yang menjadi cikal bakal Pasar Desa ini. Alasan lain mengapa pembangunan desa yang dipilih karena warga desa kala itu merasa sulit dalam mencari kebutuhan rumah tangganya, karena desa terdekat berada sekitar 3 km jauhnya. Selain itu, posisi dari Desa Wangisagara dinilai cukup strategis sebab menjadi persimpangan antara tiga kecamatan di Kabupaten Bandung, yakni Paseh, Ibun dan Majalaya.
Pastinya untuk memulai sesuatu terdapat rintangan-rintangan yang mesti dihadapi, begitu pula pada awal berdirinya Pasar Desa ini karena sebanyak 48 kios yang dibangun dan mulanya hanya diisi oleh jualan warga desa setempat, tetapi warga desa belum cukup handal dalam berdagang sehingga banyak yang gulung tikar. Tapi BUMDes Niagara menemukan solusi untuk mengalihkan mayoritas kios untuk diisi oleh pedangan dari luar desa dan alhasil pemasukan yang didapatkan dari retribusi serta penyewaan kios pun menjadikan titik awal keberhasilan dari Pasar Desa yang dikelola BUMDes Niagara, karena sekarang ini pun totalnya sudah ada 123 kios yang disewakan. Salah satu pedagang desa luar, Tati Cahyati yang sudah berjualan di Pasar Desa selama 20 tahun mengungkapkan bahwa rerata omzet yang beliau peroleh sebelum pandemi adalah Rp 15 juta per harinya, namun saat pandemi menurun sekitar Rp 6 juta yang mana angka itu pun masih tergolong cukup tinggi untuk pendapatan seharinya.
Tidak berpuas diri di Pasar Desa saja, BUMDes Niagara mengembangkan sayapnya di sektor usaha lain sebanyak 4 macam unit usaha lho. Adapun kelima itu antara lain usaha simpan pinjam, penjualan produk UMKM, usaha kredit barang elektronik dan distributor mesin purifikasi air. Dari keempat unit usaha itu, yang paling memberikan keuntungan menjanjikan dan semakin mendukung PADes setiap tahunnya adalah usaha simpan pinjam. Dengan adanya simpan pinjam ini pun, banyak warga pemilik modal usaha merasa sangat terbantu karena mayoritas mereka adalah pedagang pasar yang di kadang waktunya memerlukan tambahan modal.
Sebanyak Rp 5 miliar uang simpan, dan Rp 11 miliar uang pinjam berhasil dikelola dalam usaha ini, dan dengan usaha ini pula pula omzet BUMDes Wangisagara per tahunnya dapat mencapai angka Rp 30 miliar, Wow!. Omzet ini pun setiap tahun mengalami kenaikan, ujar Nenneg selaku Direktur Utama BUMDes Niagara. Dengan omzet BUMDes sebesar itu, 17% nya disumbangkan ke PADes yakni sekitar Rp 700 juta. Uang hasil BUMDes sangat berguna dalam perputarannya meliputi kebutuhan dana sosial dan infrastruktur. Adapun dana sosial itu meliputi santunan untuk jompo, anak yatim, operasional madrasah, insentif guru ngaji, kas masjid hingga insentif pengurus RT dan RW.