
BERDESA.COM – Salahsatu diskusi alot dalam pengelolaan BUMDesa adalah soal remunerasi alias pemberlakuan standar gaji bagi para pengurus BUMDesa. Maklum, karena aktivitas kerja ini berada di desa dan terkait dengan pola koordinasi dengan perangkat desa maka penetapan jumlah gaji selalu menimbulkan keraguan. Berapa sih pantasnya gaji bagi pegawai BUMDesa?
Salahsatu patokan yang dipakai adalah Upah Minimum Regional (UMR) yang berlaku di wilayah desa itu berada. Nilai ini dianggap yang paling umum sebagai standar. Hanya saja standar gaji juga musti menimbang kemampuan keuangan BUMDesa sebagai sebuah unit usaha.
Inilah titik persoalannya, di satu sisi BUMDesa dikonsepkan sebagai lembaga usaha milik desa yang bergerak sebagaimana pola kerja lembaga usaha profesional lainnya. Ada sistem manajemen yang diterapkan bagi seluruh pegawainya dengan segala hak dan kewajiban dan target yang harus dicapai. Namun di sisi lain, BUMDesa adalah lembaga milik seluruh warga desa sehingga berapa jumlah yang layak untuk menggaji pengurus BUMDesa seringkali terhantam persoalan ewuh-prakewuh.
BUMDesa diproyeksikan sebagai lembaga usaha yang mengembang dari sisi permodalan dan kekuatan usaha dan itu mempersyaratkan penghargaan yang setimpal dengan beban kerja seluruh karyawanya. Pemberian gaji yang terlalu kecil akan mengakibatkan produktivitas kerja kurang dan itu bakal berpengaruh bagi perkembangan usaha.
Tetapi jika angka gaji dianggap terlalu besar, bahkan meski usaha BUMDesa sudah besar sekalipun, bakal menjadi sorotan. Inilah beberapa alasan yang membuat anak-anak muda masih enggan bergabung di BUMDesa, karena BUMDesa dianggap belum bisa menjadi usaha yang bisa menjamin masa depan mereka, salahsatunya sulit mendapatkan pendapatan besar.
Beberapa BUMDesa yang sudah berjalan menunjukkan mereka menggunakan standar UMR sebagai patokan. UMR dianggap yang paling moderat menghadapi pandangan masyarakat. Uniknya, beberapa Direktur BUMDesa malah menggaji diri mereka dengan angka yang rendah. Tetapi itu adalah sikap yang diambil sendiri oleh si ketua atau direktur karena dirinya lebih berfikir untuk mengabdi dan bukan sedang mencari penghidupan.
Tetapi hal yang paling penting adalah mengenai produktivitas. Penghargaan pada pengurus BUMDesa berupa gaji haruslah menjadi dukungan bagi si pelaku untuk bisa bergerak secara produktif mengembangkan usaha BUMDesa. Bukan hanya gaji, BUMDesa juga harus memiliki konsep manajemen yang jelas dan strategi usaha yang jitu untuk itu.
Untuk mendorong produktvitas itu biasanya pihak manajemen menggunakan pendekatan lain yakni adanya tambahan pendapatan jika kinerja para pengurus mencapai target omset tertentu. Model penghargaan seperti ini dianggap paling moderat, aman dari sorotan dan paling memotivasi orang untuk bekerja. Jadi, BUMDesa Anda mau pilih yang mana? (siapbisnis.net)